Isnin, 13 April 2009

PEMBINAAN JALINAN MAKNA DALAM SAJAK

Sesebuah sajak sering dipengaruhi oleh maknanya. Tanpa makna, sajak akan menjadi satu dialog biasa yang tidak memberi apa-apa pengertian lain. Sebagai seorang pembaca sajak, penghuraian terhadap makna sajak mengundang tuntutan pemikiran penulisnya. Melalui karya sajaknya ini, pembaca boleh memahami tahap pemikiran penulis, sama ada dari segi pemahamannya tentang isu atau juga tentang nilai pemurniannya dalam mentafsir sesuatu keadaan.
Maka, ada orang menyatakan bahawa menghasilkan sajak bukan semudah bercerita melalui cerpen atau novel. Bercerita dalam sajak memerlukan penelitian isunya, pemilihan diksinya dan membina jalinan ungkapannya. Intinya ialah bahasa. Inilah kekuatan yang perlu ada dalam diri penulis sajak. Kebijaksanaan penulis menggunakan bahasa untuk menceritakan isunya, memilih diksinya dan membina ungkapannya akan menyerlah suasana berfikirnya.
Tanpa kebijaksanaan itu, penulis sajak akan hanya terbubuh isu yang hambar, diksi yang celaru dan jalinan ungkapan yang lesu dalam sajaknya. Sebagai contoh, semua orang boleh memperkatakan tentang isu cinta. Semua orang boleh memilih diksi seperti kasih, sayang, rindu, sepi, asyik dan sebagainya sebagai diksi dalam penceritaan tentang cinta. Begitu juga dengan ungkapan cinta, semua orang telah maklum tentang penyataan “aku cinta kamu”, “rindunya aku padamu” dan sebagainya.
Tetapi isu, diksi dan ungkapan yang sedemikian telah terlalu biasa, klise dan tidak meyakinkan. Ada waktunya menimbulkan kelucuan semata-mata. Sedangkan dalam sajak, intinya harus penuh dengan nilai kesejatian sajak. Kalau isu cinta, maka, isunya memugari persoalannya. Kalau penggunaan diksinya, bukan hanya penekanan tentang cinta tetapi juga tentang kedalaman rasa cinta itu. Begitu juga halnya dengan penggunaan ungkapan cinta, bukan hanya ungkapan kosong, tetapi ungkapan yang akan memancar tautan menjentik pengertian kita tentang falsafah cinta.
Sememangnya sukar untuk menentukan kesatuan dalam sesebuah sajak seandainya setiap aspek yang berkaitan diabaikan. Sajak tidak boleh berdiri sebagai satu karya yang hanya didukung dengan satu elemen sahaja. Sajak saling perlu memerlukan keperluan yang menjadikan sebagai sebuah sajak berfikiran. Bukan sajak penyataan tanpa arah dan fokus. Bukan juga sebagai sajak yang melulu dengan kiasan yang kaku. Atau menjadi sajak yang terungkap dengan dialog-dialog tanpa makna.
Justeru, persoalannya, bagaimana untuk menjadikan sajak yang dihasilkan mampu menjana nilai sebagai sajak punya fikiran? Mungkin selama ini penulis baharu sering berhadapan dengan bengkel penulisan, keliru antara menulis sajak dengan membaca sajak. Maka, bengkel penulisan menekankan pesertanya menulis sajak, walhal, rata-rata peserta yang menyertai bengkel penulisan “tidak pandai” membaca sajak. Ini berdasarkan pengalaman yang lepas.
Sajak bukan dibaca seperti mana kita membaca cerpen atau novel. Sajak dibaca dengan penghayatan pemahaman. Bacaan yang menuntut pengertian berfikiran. Bacaan yang memerlukan kita menghuraikan setiap lapisan makna ke satu makna. Maka, apabila kita memahami karya sajak, secara tidak langsung kejiwaan menguasai bahasa itu akan terzahir dalam penulisan kita.
Contoh paling mudah ialah deklamasi sajak. Seseorang yang mendeklamasikan sajak memberi jiwa sajak dalam bacaannya, maka kita terasa nikmat mendengarnya. Bacaannya penuh dengan jeda, intonasi, gaya, lakon, penghayatan dan sebagainya. Begitu juga dalam penulisan. Sajak harus diberi jiwa makna yang mampu menggamit persoalan pemikiran pembaca.
Mungkin juga ada yang menulis hanya kerana dorongan minat. Lantas, mencuba-cuba untuk menulis sajak tanpa membuat penelitian tentang sajak. Mungkin juga ada yang beranggapan, sajak hanya karya yang menghimpunkan kata-kata indah yang boleh diadudombakan ceritanya. Atau mungkin juga ada yang beranggapan sajak sebagai karya yang hanya berangkap dengan ungkapan kata yang beritma. Kalau demikian tanggapannya, maka sajak akan menjadi satu karya yang paling tercorot dalam pengertian pemikiran.

1 ulasan:

  1. Cikgu, boleh sik kmk kumpul artikel fasal sajak tok?

    Mun ada masa, tulislah agik.. dapat makey jadi panduan... ni tauk dapat jadi buku macam Cikgu Jais Sahok molah ya...

    BalasPadam